Nama : Muhammad Arsyad (K4100978)
Jurusan/Prodi : MNA/MID
Bid. Konsentrasi : Budidaya Perairan
KERUSAKAN
PANTAI MUARAREJA DI UTARA KOTA TEGAL, JAWA TENGAH
Kerusakan yang
terjadi di pantai Muarareja adalah pengikisan (abrasi) daratan di pinggir pantai
yang disebabkan besarnya terjangan golambang air laut dan adanya luapan air
laut (rob) di daerah tersebut. Kerusakan ini terjadi akibat ulah tangan manusia
yang merusak sarana dan prasarana umum di sekitar kawasan tersebut dengan
menebang pohon bakau yang berfungsi sebagai penangkal arus air laut.
Abrasi yang terjadi
di pantai Muarareja menyebabkan ratusan kepala keluarga kehilangan tempat
tinggal, setelah dusun mereka tenggelam akibat abrasi. Kondisi tersebut
diperparah dengan tingginya gelombang pada saat musim penghujan. Dalam beberapa
bulan terakhir, garis pantai ke arah laut sepanjang 7,5 kilometer terkikis 20
meter dari bibir pantai. Lebar daratan pantai yang dulu mencapai 200 meter,
saat ini hanya tersisa 20 meter. Bahkan, sebagian daratan berupa tambak
penduduk sudah berbatasan langsung dengan air laut (www.metronews.com.
Senin, 9 Juli 2007).
Abrasi dipantai
Muarareja sudah terjadi selama puluhan tahun. Abrasi telah mengikis daratan di
pinggir pantai sepanjang sekitar 50 meter dan menghancurkan sekitar 300 hektar
lahan tambak milik nelayan disana. Hal itu terjadi karena pohon bakau yang berfungsi
sebagai penangkal arus air laut, hilang ditebang (www.kompas.com. Senin,
9 Juli 2007).
Selain itu di kawasan
Muarareja juga terjadi rob atau limpahan air laut. Rob tersebut menggenangi
ratusan rumah warga dan jalan. Biasanya, air mulai menggenangi rumah warga
sekitar pukul 16.00 dan surut sekitar pukul 20.00 WIB. Ketinggian air di dalam
rumah bisa mencapai sekitar 20 cm, sedangkan ketinggian air di jalan bisa
mencapai 50 cm. Meskipun tidak menimbulkan korban, rob sangat mengganggu
aktivitas warga. (www.kompas.com. Senin, 14 Mei 2007).
Untuk mengatasi hal
tersebut, sebaiknya pemerintah dengan segera melakukan perbaikan terhadap
daerah pesisir pantai Muarareja kota Tegal. Dalam
upaya mengatasi kerusakan terutama yang disebabkan oleh abrasi, sudah saatnya
bagi kita untuk memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang berwawasan
konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan upaya yang sifatnya sementara
saja. Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi
tentu akan memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan
membawa pengaruh positif dalam kehidupan manusia. Salah satu cara mencegah
ataupun mengatasi abrasi yaitu dengan cara penanaman bakau kembali. Sebenarnya
telah banyak orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan bakau bagi
lingkungan. Namun dalam prakteknya di lapangan, masih banyak pula yang belum
memanfaatkan hutan bakau sebagai sarana untuk mencegah atau mengatasi abrasi.
Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi
abrasi di daerah pantai, pemerintah di beberapa daerah melakukan kebijakan
pencegahan abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai
dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa di iringi dengan usaha
konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan konservasi terumbu
karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi karena
pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan terjangan
gelombang laut. Namun seringkali pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran
dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dalam upaya mencegah ataupun mengatasi
abrasi. Yang sering terjadi di lapangan, ketika pemecah gelombang telah rusak,
lagi-lagi pemerintah setempat membangun pemecah geombang buatan dan lagi-lagi
tanpa di iringi dengan penanaman bakau atau konservasi terumbu karang yang
rusak. Hal tersebut seakan-akan menjadi suatu rutinitas yang bila difikir lebih
jauh, tentunya hal tersebut akan berimbas terhadap dana yang harus dikeluarkan
daerah setempat.
Seandainya, dalam mengatasi abrasi tersebut
kebijakan yang diambil pemerintah yaitu dengan membangun pemecah gelombang
buatan (pada awal usaha mengatasi abrasi atau jika kondisi abrasi benar-benar
parah dan diperlukan tindakan super cepat) dengan dibarengi penanaman bakau di
sekitar daerah yang terkena abrasi atau bahkan bila memungkinkan dibarengi pula
dengan konservasi terumbu karang, tentunya pemerintah setempat tidak perlu
secara berkala terus menerus membangun pemecah gelombang yang menghabiskan dana
yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dalam beberapa tahun sejak penanaman,
tanaman-tanaman bakau tersebut sudah cukup untuk mengatasi atau mengurangi
abrasi yang terjadi.
Selain mencegah atau mengatasi abrasi, hutan
bakau dapat membawa keuntungan-keuntungan lebih daripada hanya sekedar
membangun pemecah gelombang buatan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain
untuk menjaga kestabilan garis pantai, menahan atau menyerap tiupan angin laut yang kencang,
dapat mengurangi resiko dampak dari tsunami,
membantu proses pengendapan lumpur sehingga
kualitas air laut lebih terjaga dari endapan lumpur erosi, menghasilkan oksigen yang bermanfaat (untuk manusia,
hewan, dan tumbuhan), mengurangi polusi baik udara maupun air, sumber plasma nutfah, menjaga keseimbangan alam, sebagai habitat alami makhluk
hidup (burung, kepiting, dan lain sebagainya).
Beberapa hal tersebut merupakan sebagian dari
berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penanaman hutan bakau dalam usaha
mencegah atau mengatasi abrasi. Selain itu pemerintah tidak perlu lagi berulang
kali membangun pemecah gelombang sehingga dapat menghemat pengeluaran dan dapat
mengalokasikan dana untuk keperluan-keperluan lain (tentunya yang berguna untuk
masyarakat).
Tidak jauh berbeda dengan penanganan masalah
abrasi, penanganan rob (luapan air
laut) yang terdapat di daerah pantai Muarareja juga dapat dilakukan dengan
memperbanyak tanaman bakau atau kalau perlu sampai terbentuk hutan mangrove
sehingga luapan air laut dapat ditahan oleh hutan mangrove tersebut sebelum air
laut sampai ke tempat pemukiman warga.